Baik, mari kita gali lebih dalam konsep komputasi awan (cloud computing) ini agar kamu lebih paham lagi.
Bayangkan seperti ini:
Dulu (Layanan Non-Cloud): Punya dan Urus Rumah Sendiri
Anggaplah kamu punya usaha kecil, misalnya toko roti. Untuk menjalankan usahamu, kamu butuh beberapa hal:
- Tempat menyimpan resep dan data pelanggan: Kamu butuh lemari arsip fisik di kantor (ini analogi "File Server").
- Mengirim dan menerima pesanan via email: Kamu butuh kotak surat fisik di kantor dan mungkin kurir khusus untuk mengantar surat (ini analogi "Email Server").
- Mencatat dan mengelola semua informasi pelanggan: Kamu butuh buku besar atau sistem pencatat manual di kantor (ini analogi "CRM").
Nah, kalau semua itu kamu urus sendiri:
- Kamu harus beli lemari arsip, rak server, komputer, dsb. (Ini adalah investasi awal yang besar untuk infrastruktur).
- Kamu harus merawat semuanya: membersihkan, memperbaiki kalau rusak, beli tinta, bayar listriknya, memastikan keamanannya (Ini adalah biaya operasional dan pengelolaan).
- Kalau tiba-tiba tokomu rame banget dan butuh lebih banyak lemari arsip atau komputer yang lebih canggih, kamu harus beli lagi dan pasang sendiri (Ini namanya skalabilitas yang sulit dan manual).
- Kalau kamu lagi liburan atau lagi tidak di kantor, kamu tidak bisa mengakses resep atau data pelangganmu dengan mudah.
Sekarang (Layanan Cloud): Sewa Apartemen atau Jasa Profesional
Sekarang, bayangkan kamu punya toko roti yang sama, tapi kamu memutuskan untuk menggunakan jasa profesional:
- Tempat menyimpan resep dan data pelanggan: Kamu tidak beli lemari arsip. Kamu pakai layanan Dropbox (atau Google Drive, OneDrive). Kamu tinggal upload semua resep dan data pelanggan ke sana. Kamu bayar bulanan atau tahunan sejumlah tertentu.
- Mengirim dan menerima pesanan via email: Kamu tidak pakai kotak surat fisik. Kamu pakai Gmail (atau Outlook). Kamu tinggal kirim dan terima email dari mana saja. Gratis atau bayar sedikit untuk fitur tambahan.
- Mencatat dan mengelola semua informasi pelanggan: Kamu tidak pakai buku besar manual. Kamu pakai Salesforce.com (atau aplikasi CRM berbasis web lainnya). Kamu login ke website mereka, semua data pelangganmu sudah rapi di sana. Kamu bayar langganan bulanan.
Apa bedanya?
-
Anda tidak memiliki atau mengelola infrastruktur: Kamu tidak perlu beli lemari arsip fisik, tidak perlu beli server email, tidak perlu instal software CRM. Semua itu sudah disediakan dan diurus oleh penyedia layanan (Dropbox, Google, Salesforce). Mereka yang punya "apartemen" atau "kantor" besarnya, dan mereka yang merawatnya. Kamu cuma numpang pakai "ruangan" di dalamnya.
-
Model Langganan / Konsumsi: Kamu tidak perlu mengeluarkan uang banyak di awal. Kamu bayar sesuai yang kamu pakai (misalnya, berapa banyak data yang kamu simpan di Dropbox) atau bayar bulanan/tahunan (seperti langganan Gmail atau Salesforce). Ini membuat biaya IT lebih terprediksi dan bisa disesuaikan dengan anggaranmu. Mirip bayar listrik pascabayar atau langganan Netflix.
-
Skala Otomatis: Nah, ini salah satu keajaiban cloud. Kalau tokomu tiba-tiba viral dan pelanggan membludak, kamu butuh lebih banyak tempat penyimpanan resep atau sistem CRM yang bisa menangani ribuan pelanggan. Dengan layanan cloud, kamu tidak perlu panik. Penyedia layanan cloud sudah dirancang untuk secara otomatis meningkatkan kapasitasnya (menambah "ruangan" atau "server" baru) jika kamu membutuhkannya, bahkan tanpa kamu sadari! Jadi, kamu tinggal fokus melayani pelanggan, bukan mikirin infrastruktur IT.
Analogi Lain:
Pikirkan tentang transportasi:
- Non-Cloud: Kamu beli mobil sendiri. Kamu harus bayar mobilnya, bensin, perawatan, parkir, asuransi, dan kalau rusak harus perbaiki sendiri.
- Cloud: Kamu naik taksi online (GoJek/Grab) atau bus. Kamu hanya bayar sesuai yang kamu gunakan (jarak tempuh), tidak perlu pusing mikirin bensin, perawatan, atau parkir. Kalau lagi banyak penumpang, mereka bisa siapkan lebih banyak armada secara otomatis.
Kesimpulan Intinya:
Komputasi awan adalah tentang menyewa sumber daya komputasi (server, penyimpanan, perangkat lunak) melalui internet, daripada membeli dan mengelola sendiri. Ini membuat IT lebih fleksibel, hemat biaya di awal, dan mudah disesuaikan dengan kebutuhan yang berubah.