Perbandingan mendalam tentang berbagai "Cloud Service Models"

Bang Sensi
By -
0

 

perbandingan "Cloud Service Models" ini semakin mudah dipahami dengan analogi yang lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari di Indonesia.

Kita akan menggunakan analogi "Bisnis Restoran/Warung Makan".


1. Private Cloud (Cloud Pribadi)

  • Analogi: Kamu mau buka restoran/warung makan sendiri dari nol.
    • Kamu harus beli tanah (server fisik).
    • Kamu harus bangun gedungnya (hypervisor, ruang server).
    • Kamu harus pasang instalasi listrik, air, gas (jaringan, sistem pendingin).
    • Kamu harus beli semua peralatan dapur (komputer, OS, .NET Framework), meja kursi, dekorasi.
    • Kamu harus buat menu dan resep (aplikasi dan data).
    • Kamu harus pekerjakan koki, pelayan, tukang bersih-bersih, akuntan (tim IT yang mengelola semua ini).
    • Setiap hari kamu harus bersih-bersih, perbaiki kalau ada yang rusak, beli bahan baku, urus perizinan.
  • Keuntungan: Kamu punya kontrol penuh atas semuanya. Kamu bisa putuskan desain restoranmu seperti apa, resepmu mau seotentik apa, jam bukanya kapan.
  • Kerugian: Modal awal sangat besar, tanggung jawab dan pusingnya banyak sekali karena harus mengelola semuanya sendiri. Kalau mau buka cabang, harus ulangi proses ini lagi dari awal.

2. IaaS (Infrastructure as a Service)

  • Analogi: Kamu mau buka restoran, tapi kamu sewa ruko kosong.
    • Pemilik ruko (penyedia cloud) sudah menyediakan ruko fisiknya (server fisik, hypervisor).
    • Mereka juga sudah menyediakan instalasi dasar listrik dan air (jaringan dasar, kapasitas server). Kamu tidak perlu pusing mikirin bangun gedung.
    • Tanggung jawabmu:
      • Kamu harus pasang instalasi dapur dan interiornya sendiri (menginstal OS, .NET Framework, perangkat lunak lain).
      • Kamu harus beli peralatan dapurmu sendiri (menyediakan ruang penyimpanan, menginstal aplikasi).
      • Kamu harus membuat menu dan resepmu sendiri (data dan aplikasi).
      • Kamu harus pekerjakan koki dan pelayanmu sendiri.
      • Kamu yang urus bahan baku, masak, dan melayani pelanggan.
  • Keuntungan: Lebih hemat modal awal karena tidak perlu beli tanah dan bangun gedung. Kamu punya fleksibilitas untuk mengatur dapur dan dekorasimu sesuai keinginan. Kamu bisa cepat buka jika rukonya sudah siap.
  • Kerugian: Kamu masih harus mengelola banyak hal di dalam ruko itu, dari instalasi sampai operasional harian.

3. PaaS (Platform as a Service)

  • Analogi: Kamu ingin buka restoran, tapi kamu sewa tempat di food court atau area kuliner yang sudah jadi.
    • Pengelola food court (penyedia cloud) sudah menyediakan gedungnya, instalasi listrik, air, bahkan dapur dasarnya sudah siap (server fisik, hypervisor, OS, .NET Framework, database dasar).
    • Mereka juga sudah menyediakan meja kursi untuk pengunjung, area parkir, toilet, dan keamanan.
    • Tanggung jawabmu:
      • Kamu cukup datang membawa resepmu (kode aplikasi).
      • Kamu tinggal bawa bahan-bahan masakanmu (data).
      • Kamu cukup fokus masak dan melayani pelanggan.
      • Kalau ada masalah dengan listrik food court atau keran airnya, itu urusan pengelola food court. Kamu tidak perlu pusing.
  • Keuntungan: Sangat cepat untuk mulai beroperasi. Kamu tidak perlu pusing soal instalasi dapur atau infrastruktur dasar. Kamu bisa fokus penuh pada kualitas masakan dan pelayanan.
  • Kerugian: Kamu kurang bebas dalam mendesain dapur atau mengutak-atik sistem yang sudah disediakan pengelola food court. Resepmu harus "cocok" dengan peralatan dapur yang sudah ada.

4. SaaS (Software as a Service)

  • Analogi: Kamu tidak mau repot buka restoran sama sekali. Kamu ingin pesan makanan via aplikasi ojek online (misal: GoFood/GrabFood) atau makan di restoran siap saji (misal: KFC/McDonald's).
    • Semua sudah disiapkan oleh penyedia layanan/restoran: mereka punya gedung, dapur, koki, pelayan, bahan baku, bahkan aplikasi untuk pemesanan dan pengiriman.
    • Tanggung jawabmu:
      • Kamu cukup buka aplikasi (mengakses aplikasi web).
      • Kamu pilih menu (menggunakan fitur aplikasi).
      • Kamu bayar dan makan.
      • Kalau makanan tidak enak, atau aplikasi error, itu urusan mereka, bukan kamu.
  • Keuntungan: Sangat mudah dan praktis. Kamu tidak perlu punya apa-apa, tidak perlu tahu cara memasak atau mengelola restoran. Kamu hanya menikmati layanannya.
  • Kerugian: Kamu tidak punya kontrol sama sekali atas resep, cara masak, atau operasional restoran. Kamu hanya bisa memilih dari menu yang sudah ada.

Intinya:

Diagram ini secara visual menunjukkan bagaimana tumpukan tanggung jawab bergeser dari kamu ke penyedia cloud.

  • Private Cloud: Semua kotak itu tanggung jawabmu (kamu yang bikin dan ngurus restoran sendiri).
  • IaaS: Beberapa kotak paling bawah diurus penyedia (mereka siapkan ruko kosong), sisanya kamu yang urus (kamu pasang dapur dan masak).
  • PaaS: Lebih banyak kotak diurus penyedia (mereka siapkan dapur siap pakai), kamu cuma fokus pada resep dan bahan masakan (kode dan data).
  • SaaS: Semua kotak diurus penyedia (mereka siapkan makanan siap saji), kamu tinggal pakai (konsumen).

Semakin ke kanan (menuju SaaS), semakin mudah bagimu karena semakin banyak hal yang diurus oleh penyedia. Tapi di sisi lain, kontrolmu juga akan semakin berkurang. Pilihan terbaik tergantung pada kebutuhan spesifik, anggaran, dan tingkat keahlian teknis yang kamu miliki.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)