M
ari kita dalami lagi konsep Public Cloud ini agar kamu benar-benar memahaminya, dengan analogi yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari di Indonesia.
Public Cloud: "Pusat Perbelanjaan atau Mal Digital"
Bayangkan kantor kamu adalah sebuah toko kecil. Dulu (seperti yang kita bahas di slide sebelumnya), kalau kamu mau jualan, kamu harus:
- Bangun toko sendiri: Beli tanah, bangun gedung, pasang listrik, pasang AC, beli rak display, mesin kasir, dsb. (Ini analogi Capex atau modal awal yang besar untuk infrastruktur sendiri).
- Urus sendiri: Tiap hari kamu harus bersih-bersih toko, bayar listrik, kalau ada yang rusak harus panggil tukang, kalau rame harus cepat-cepat beli rak baru. (Ini analogi biaya operasional dan kesulitan skalabilitas).
Nah, Public Cloud itu seperti "Pusat Perbelanjaan Digital" atau "Mal Online" raksasa.
Siapa Penyedianya? Penyedia Public Cloud (seperti AWS, Microsoft Azure, Google Cloud Platform) itu ibarat pengembang mal raksasa. Mereka yang punya tanah luas, mereka yang bangun gedung-gedung tinggi, mereka yang pasang seluruh infrastruktur listrik, air, keamanan, dan jaringan internet super cepat. Mereka punya ribuan atau bahkan jutaan "ruko" atau "kios" kosong di dalam mal itu.
Bagaimana Kamu Menggunakan "Mal Digital" ini?
- Kantor Kamu (Toko Fisikmu): Kamu punya kantor biasa, dengan komputer, printer, dan karyawan. Kamu ingin menggunakan "ruko" di mal digital ini.
- Terhubung Lewat "Jalan Raya Internet": Kamu terhubung ke "Mal Digital" ini melalui internet, seperti kamu memakai ponsel untuk mengakses GoFood atau Tokopedia. Internet adalah "jalan raya" yang menghubungkan kamu ke mal tersebut. Kadang, untuk perusahaan besar yang butuh keamanan dan kecepatan ekstra, mereka pakai "jalan tol pribadi" (private link) yang langsung terhubung ke mal.
Apa Saja "Ruko" atau "Layanan" yang Ada di Dalam "Mal Digital" (Public Cloud)?
- Compute (Komputasi): Ini ibarat kamu menyewa "dapur" atau "bengkel" di dalam mal. Kamu tidak perlu beli oven atau mesin bubut sendiri. Kamu tinggal pakai oven atau mesin bubut yang sudah disediakan mal (yang sudah disiapkan oleh AWS/Azure/GCP). Kamu bisa menjalankan aplikasi kasirmu, sistem inventori, atau bahkan aplikasi pemesanan online di "dapur" ini.
- Storage (Penyimpanan): Ini ibarat kamu menyewa "gudang" atau "lemari penyimpanan" di mal. Kamu tidak perlu beli rak-rak besar atau gudang sendiri. Kamu tinggal taruh semua data pelanggan, foto produk, atau file resepmu di "gudang" digital ini.
- Network (Jaringan): Ini ibarat "lorong-lorong" dan "jalur komunikasi" di dalam mal. Ini yang menghubungkan "dapur" dengan "gudang", dan juga menghubungkan toko-tokomu di dalam mal dengan pelanggan di luar mal melalui internet. Kamu tidak perlu pusing mikirin kabel atau router.
- Database (Basis Data): Ini seperti "sistem arsip" super canggih di dalam mal. Kamu bisa menyimpan dan mengelola daftar produk, harga, riwayat transaksi pelanggan, dsb, dengan sangat rapi dan mudah dicari.
Kenapa "Mal Digital" ini Menguntungkan (Manfaat Public Cloud)?
-
Biaya Variabel, Bukan Modal Awal yang Besar (Variable Expense, instead of Capital Expense):
- Dulu: Kamu harus modal besar di awal untuk bangun toko (Capex).
- Sekarang (Public Cloud): Kamu tidak perlu keluar uang banyak di awal. Kamu cukup bayar sewa "ruko" dan penggunaan "dapur/gudang" sesuai pemakaianmu tiap bulan. Mirip bayar listrik atau air. Kalau bulan ini pakai banyak, bayar banyak. Kalau bulan ini pakai sedikit, bayar sedikit. Ini jauh lebih ringan di kantong dan membuat bisnismu lebih fleksibel dari sisi keuangan.
-
Ekonomi Skala (Economies of Scale):
- Pengembang mal (AWS/Azure/GCP) membangun mal yang saking besarnya, mereka bisa beli tanah, bahan bangunan, listrik, dan teknologi dalam jumlah super besar. Karena mereka beli dalam volume besar, harga per unit yang mereka dapatkan jauh lebih murah.
- Keuntungan ini diteruskan kepadamu. Jadi, biaya sewamu di "ruko" mal digital itu jauh lebih murah dan efisien dibandingkan kalau kamu harus beli dan bangun semua infrastruktur itu sendiri. Ini seperti membeli grosir, jadi lebih murah.
-
Elastisitas Besar-besaran (Massive Elasticity):
- Ini adalah kekuatan supernya Public Cloud. Bayangkan: Lebaran atau Harbolnas, tokomu tiba-tiba diserbu ribuan pelanggan online. Kalau kamu punya toko fisik sendiri, kamu pasti panik: "Duh, rak display kurang! Mesin kasir cuma satu! Pelayan kurang!"
- Di "Mal Digital" (Public Cloud), kamu tidak perlu panik. Kalau ada lonjakan pengunjung, "pengembang mal" (penyedia cloud) itu secara otomatis dan sangat cepat bisa menambah "ruko" atau "dapur" virtualmu dalam hitungan menit. Jadi, tokomu tetap bisa melayani semua pelanggan tanpa nge-lag atau down.
- Dan setelah Harbolnas selesai, ketika pengunjung kembali normal, "ruko" tambahan itu bisa secara otomatis dikurangi lagi, dan kamu berhenti membayar untuk sumber daya yang tidak terpakai. Kamu tidak perlu menyia-nyiakan uang untuk kapasitas berlebih yang cuma dipakai sesekali. Ini sangat fleksibel, seperti karet gelang yang bisa melar dan mengerut sesuai kebutuhan.
Jadi, intinya, Public Cloud itu seperti menyewa semua fasilitas IT yang kamu butuhkan dari penyedia raksasa di internet. Kamu tidak perlu pusing memikirkan infrastruktur, kamu cuma fokus pada bisnismu, dan kamu membayar sesuai pemakaian dengan biaya yang efisien dan kemampuan untuk melar-menyusut sesuai permintaan.
Semoga dengan analogi "Mal Digital" ini, kamu bisa lebih paham ya!